Hari Minggu lalu, seujug-ujug saya dan teman-teman memutuskan untuk pergi ke kota hujan untuk jalan-jalan kuliner alias jalan-jalan rakus alias jalan-jalan yang bener-bener cuma buat makan-makan doang. Setelah para lelaki bersiap memakai celana ala Tupac Shakur dan para wanita memakai celana ibu hamil, akhirnya kami pun berangkat ke Bogor! Yay!
Saya sebenarnya ga tahu sama sekali tentang perkulineran Bogor, selain Pia Apple Pie yang tempatnya semakin gorjes saja dan Kebun Raya Bogor (maaf, kenapa ini masuk divisi perkulineran ya? Apakah saya makan rumput?). Mumpung ada teman yang mengerti tentang dunia Bogor, saya langsung mengiyakan ajakan jalan-jalan kali ini.
Tujuan pertama kami hari itu adalah Jalan Surya Kencana. Setelah galau banget sekitar dua detik, kami memutuskan untuk makan di tempat di bawah ini.
Kadang-kadang menggelar menu di depan toko secara grandeur seperti ini lebih efektif untuk mengundang orang untuk masuk daripada memajang foto. Penggiat bakso dan mie ayam pasti akan sangat tergugah untuk menjelajah ke dalam.
Bakso Malang + Bakso Kotak
IDR 10000
Untuk yang mampir ke sini wajib banget mencoba bakso demitnya yang entah kenapa kok tidak berhasil saya temukan di menu yah? Bakso demit ini bakso urat biasa, hanya saja di dalamnya dimasukkan cabai dan sambel bakso. Lain dengan bakso kotak dan bakso rudal yang dagingnya sudah tergiling dengan lembut, serat daging di bakso demit masih agak kasar. Menjadi suatu sensasi tersendiri mengunyah serat daging dan cabai dalam satu suapan yang montok. Sesuatu lah pokoknya. Uuuugh jadi pengen nyanyi 'abang tukang bakso mari mari sini saya mau beli!' sambil senam sehat ala Vicky Burki deh!
Secara umum, ya rasa bebaksoan di tempat ini enak dan patut dicoba sih, namun yang kurang suka asin bisa tambahin kecap manis lebih banyak karena kuahnya asin di atas rata-rata. Entah hari itu saja atau hari-hari lainnya juga. Bahkan bagi saya yang pencinta asin, menurut saya itu sangat asin. Dari segi porsi dan rasa, 10000/porsi amat sangatlah worth it.
Beranjak tidak jauh dari DQ Putra Arema, ada juga restoran soto mie yang kata teman saya sih enak banget. Setelah diiming-imingi bahwa di situ juga tersedia 'ketidakhalalan' maka saya semangat dan riang gembira pergi ke situ.
Nasi Campur
IDR 25000
Mie Babi Panggang <3
IDR lupa
Sebagai seorang keturunan Cina dan pencinta makanan Cina (dan segala macam makanan sih sebenarnya), saya selalu merasa gembira setiap kali bertemu makanan-makanan semacam yang ada di atas ini.
Kunci dalam setiap nasi campur Cina-Peranakan (menurut saya) ya adalah nasinya. Nasinya harus pulen, berani, nantangin, dan lebih yo'i lagi kalau ditim. Kalau boleh jujur nasi campur si restoran Agak Pedih alias Agih ini agak mengecewakan buat saya yang berharap bahwa nasinya akan berupa nasi hainan atau nasi tim. Pasti lebih tsedap, kapten! Namun berbagai macam lauk yang tertata dengan imut dan manja di atas nasinya tidak mengecewakan. Untungnya. Semua dagingnya termasak dengan empuk. Nilai plus plus plus bagi saya yang memiliki gigi kecil nan rapat layaknya orang yang lagi pedekate, yang selalu mengundang daging untuk nyangkut dengan betah di sela-selanya.
Mie babi panggangnya juga gak kalah enaknya. But then again, saya jarang menemukan orang Cina atau restoran Cina yang menjual mie yang tidak enak rasanya. Jarang sekali.
Setelah puas membabi-buta, kami mencari sesuatu yang bisa memuaskan hasrat sweet tooth kami. Teman kekeuh ingin mampir ke Surabi Duren di Jalan Sukasari. Sebagai bukan pencinta duren, namun pencinta lelaki, saya pun ngikut-ngikut saja. Tempatnya seperti layaknya warung-warung tenda kaki lima biasa, terletak di jalan Sukasari, hampir mendekati tikungan.
Kurang lebih gini tampilannya dilihat dari sisi dalam. Mobil Mirage putih itu namanya Alberta. *ga ngonteks banget sih tapi dapet titipan suruh nyantumin nama si Mirage cantik itu di blog ini,so here it goes :')*
Selain surabi duren ternyata ada juga rasa-rasa lainnya. Namun karena tempatnya kurang yo'i untuk hangout ataupun menunggu terlalu lama, kami hanya memesan surabi duren saja.
Surabi Durian Polos
IDR 6500
Ada beberapa pertanyaan di benak saya, seperti: Mengapa di banner tulisannya 'duren' tapi di menu 'durian'? Mengapa ada menu 'surabi durian oncom'? Mengapa saya hidup? Ah entahlah, lupakan. Yang pasti selain surabi duren biasa, ternyata masih banyak rasa-rasa lainnya yang disediakan, termasuk surabi nangka dan surabi mayonnaise. Ada juga roti bakar, indomie, colenak dan pisang bakar.
Surabinya agak terlalu tebal untuk ukuran surabi, lebih tepat disebut bakpao mini mungkin. Saya memberanikan diri mencoba makanan ini for the sake of reviewing, and it was not that bad. I can barely taste the durian. But it was actually the downfall for my durian-loving friends. Esens atau perasa duriannya terlalu mengganggu bagi mereka. They actually hoped the sauce would be made from real durian meat. Well, that's what you get from expecting too much from a durian. Moohahaha.
Tujuan berikutnya adalah Jalan Pangrango. Di mana di situ kami mengincar sebuah restoran yang terkenal akan pizza bakarnya, Kedai Kita. Karena perut yang masih lumayan penuh, kami mengaso sebentar di Pia Apple Pie yang terletak tepat berseberangan dengan Kedai Kita.
Saya pernah mampir ke situ sekitar dua tahun yang lalu, dan sekarang tempat itu sudah berubah menjadi tempat hangout yang asik dan nyaman sekali.
Mini Cheese Pie
IDR 5000
Mini Apple Crumble Cake
IDR 5000
A super duper affordable range of menu, consisted of pies, pie crusts,
and apples-contained dishes!
Ever since I tried out Blacklisted's (a coffee shop in Puri Indah Mall, you should try out that one too) apple crumble pie, I got a little bit too obsessed with apple crumble pies. So of course I had to try the one they're selling here! And it was really goo-hood.. I even bought the regular portion to be served at home as a sweet complementary to my morning milk :)
The cheese pie was good, only to those who love rum, because it contains rum (it's not written on the menu but I can taste it on the first bite). I have really low-tolerance for rum. Not that I drink alcohol that much, but compared to other alcoholic drinks, I get warm up more quickly and easier on rum. Shame on me. So I didn't really enjoy the cheese pie, but I'm sure you would!
Setelah sebatang-dua batang, segelas-dua gelas, dan sepiring-dua piring, kami beranjak ke tujuan terakhir kami malam itu, Kedai Kita. The service was kinda suck, and it has never changed since the last time I went there, which was last year. Considering that it was weekend, they should've anticipate the crowd by, I don't know, maybe hire some more employees? Duh, entrepreneurs these days. Di tempat ini tidak ada seating system atau waiting list. Yang ada hanyalah rebut-rebutan dan cepet-cepetan dapet meja. Untungnya pesanan-pesanan kami tidak datang terlalu lama malam itu, itu semua karena kami secara konstan terus menerus memanggil dan mengingatkan pelayan manapun yang lewat akan pesanan kami.
BBQ Smoked Beef Pizza
IDR 47000
Margarita Pizza
IDR 47000
The pizza has a nice taste of woodfire (as promised) to it, and the crust was really crunchy. Smokey and neat, if I might say. Our favorite that night was the Margarita Pizza. It is basically a cheese pizza and has nothing to do with the cocktail Margarita. The taste was simple yet solid and dignified. Asek.
For me, a culinary trip is not a trip unless you go with the people you love and comfortable with. It would be better to go with your best friends. You know their taste and what they usually eat and like, so it makes it more fun and easier for you to mix and match your orders.
Hai, Hanny... It is nice to see my picture posted here on your blog.. Hehehe.. Well, I have to admit that our culinary trip to Bogor last Sunday was awesome. It proves one thing that our country, Indonesia, has a great stories and innovations in terms of its culinary world. That was for the trip. Untuk blognya sendiri, KEREN!! Lo menceritakan pengalaman kuliner lo dgn cerdas, apik, runtut, tapi juga gak kehilangan unsur personalitas lo sebagai subjek penikmat yang berusaha untuk share pengalaman lo ke pembaca blog ini. Well, jatohnya emang akan subjektif. But, hey, when it comes to taste, we can't avoid those subjectivity thingies right?? Salut buat Hanny.. Terus nulis dan angkat kekayaan kuliner Indonesia... Yeeaaaayyy!!!
ReplyDelete